Mading Perpustakaan 14 Februari 2011 (2)

Alat Serpih (Flakes)

 
Dalam konteks perkembangan alat-alat batu tingkat Plestosen di Indonesia dan di daerah-daerah sekitarnya di Asia Tenggara, alat serpih sering kali ditemukan bersama dengan kapak perimbas atau alat lainnya. Tempat-tempat penemuan alat serpih yang paling menonjol di Indonesia adalah di Jawa (Punung, Sangiran, Gombong dan Ngandong ); Sulawesi Selatan (Cabbenge, Lahat); di Flores (Mangeruda); di Timur (Gassi Liu dan Sagadat).
Tradisi alat serpih menghasilkan perkakas-perkakas yang berbentuk sederhana dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas. Bahan batuan yang umumnya digunakan adalah beberapa jenis batuan tufa dan gamping kersikan serta batuan endap.
 
Alat serpih dan bilah berukuran kecil dan besar (antara 4-10 cm), dan rata-rata menunjukan kerucut pukul yang jelas. Sesuai dengan bentuknya, alat tersebut digunakan sebagai alat penggaruk atau serut, gurdi, penusuk, dan pisau. Sebagian alat serpih dan bilah menunjukan teknik pekerjaan yang telah maju, dengan penyiapan bentuk-bentuk alat secara teliti sebelum dilepaskan dari batu intinya sehingga pada sejumlah alat tampak faset-faset di dataran pukulnya (Teknik pseudo Lavallois). Di dalam konteks tradisi alat serpih tingkat Plestosen di Indonesia, sebagian alat serpih-bilah dari Punung ini tergolong maju.
     Alat serpih pertama kali ditemukan oleh Koenigswald pada tahun 1934. Alat dikumpulkan dari permukaan tanah barat laut Desa Ngebung. Setelah penemuan pertama ini akhirnya banyak penemuan-penemuan baru yang berhubungan dengan alat-alat serpih. Alat serpih ini kemungkinan senjata kecil yang digunakan pada masa praaksara terutama untuk keperluan mengolah makanan.

Sumber Gambar
Poesponegoro, M.D. dkk. 12008. Sejarah Nasional Indonesia Jilid I. Jakarta: Balai Pustaka.

0 komentar:

Posting Komentar

Anggota


Perpustakaan SMA Negeri 3 Cimahi. Diberdayakan oleh Blogger.